Penrem 044/Gapo, 8 November 2024

Palembang – Adenan Kapau Gani atau yang lebih dikenal AK. Gani adalah pahlawan yang dilahirkan Pelambayan, Sumatra Barat, 16 September 1905. Akan tetapi ia lebih dikenal sebagai sosok pahlawan pejuang kemerdekaan di Bumi Sriwijaya.
Pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia dan seorang dokter, ia juga merupakan tokoh militer tanah air dan menetap lama di Palembang. Tempat tinggalnya kini beralih fungsi sebagai Museum AK. Gani sejak 2004 lalu.
Pada momen menyambut Hari Pahlawan 2024, Penrem 044/Gapo mengulik perjalan perjuangan AK Gani, Jumat (8/11/2024). Ayo Simak !.
Mayor Jenderal TNI (Tit.) (Purn.) dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat AK. Gani (16 September 1905 – 23 Desember 1968). Ia terlahir sebagai putra ranah minang. Ayahnya adalah seorang guru di Sekolah Rakyat yang bernama Abdul Gani Sutan Mangkuto dan ibunya bernama Rabayah.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dengan Aminatul Habibi yang berasal dari Sungai Taleh, Palembayan. Ibu sambung inilah yang mengasuh AK. Gani dan keempat saudara kandungnya, yaitu Rohana (kakak wanita) dan adik-adiknya (Anwar, Masri dan Siti Mahyar).
Gani menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Adnan meneruskan ke sekolah tinggi kedokteran STOVIA di Jakarta.
Sayangnya, sekolah ini pada 1927 ditutup, sehingga Adnan harus melanjutkan sekolah ke AMS (setingkat SMA zaman Belanda) hingga lulus pada 1928. Setahun kemudian, Adnan masuk Sekolah Tinggi Kedokteran GHS (Geneeskundige Hoge School) Jakarta, dan baru lulus pada 1940
Semasa remaja, AK. Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada era 1920-an, ia giat di berbagai organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java dari tahun 1923 sempat memegang jabatan sebagai seketaris pada tahun 1927-1929 ditemani oleh Muhammad Yamin.
Pada tahun 1928 ia terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Pada tahun 1931 ia bergabung dengan Partindo, yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial.
Setelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatera Selatan. Dia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Beberapa koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini.
Sejak 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947, Gani menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III. Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, ia bersama dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem menjabat sebagai delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dia juga bekerja untuk membangun jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan.
Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kemakmuran. Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan. Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini pada tanggal 29 Januari 1948.
Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatera Selatan hingga ia wafat pada tanggal 23 Desember 1968.
dr. A.K. Gani wafat di Rumah Sakit Charitas Palembang pada 23 Desember 1968 dalam usia 63 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang. Gani meninggalkan seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya.


Leave a Reply